Sabtu, 08 Februari 2014

Melewati Pergantian Tahun di Puncak Gunung Slamet

Melewati Pergantian Tahun di Puncak Gunung Slamet

Jalur Pendakian Bambangan Jalur Bambangan adalah jalur yang sangat populer dan merupakan jalur yang paling sering didaki. Route Bambangan merupakan route terpendek dibandingkan route Batu Raden dan Kali Wadas. Dari kota Purwokerto naik bus ke tujuan Purbalingga dan dilanjutkan dengan bus dengan tujuan Bobot sari turun di Serayu. Perjalanan disambung menggunakan mobil bak angkutan pedesaan menuju desa Bambangan, desa terakhir di kaki gunung Slamet. Di dusun yang berketinggian 1279 mdpi ini para pendaki dapat memeriksa kembali perlengkapannya dan mengurus segala administrasi pendakian. Selepas dari jalan aspal perkampungan belok ke kanan, Pendaki akan menyeberangi sungai dengan cara melompat dari satu batu ke batu yang lain, bila sedang musim hujan aliran air deras akan menutupi batu-batuan ini. Selanjutnya akan melewati ladang penduduk selama 1 jam menuju pos Payung dengan keadaan medan yang terjal. Pos Payung merupakan pos pendakian yang menyerupai payung raksasa dan masih berada di tengah-tengah perkebunan penduduk. Selepas pos Payung pendakian dilanjutkan menuju pondok Walang dengan jalur yang sangat licin dan terjal di tengah-tengah lingkungan hutan hujan tropis, selama kurang lebih2 jam. Selepas pondok Walang, medan masih seperti sebelumnya, jalur masih tetap menanjak di tengah panorama hutan yang sangat lebat dan indah, selama kira-kira 2 jam menuju Pondok Cemara. Sebagaimana namanya, pondok Cemara dikelilingi oleh pohon cemara yang diselimuti oleh lumut. Selepas pondok Cemara pendakian dilanjutkan menuju pos Samaranthu. Selama kira-kira 2 jam dengan jalur yang tetap menanjak dan hutan yang lebat. Samaranthu merupakan pos ke 4. Kira-kira 15 menit dari pos ini terdapat mata air bersih yang berupa sungai kecil. Selepas Samaranthu, medan mulai terbuka dengan vegetasi padang rumput. Pendaki akan melewati Sanghiang Rangkah yang merupakan semak-semak yang asri dengan Edelweiss di sekelilingnya, dan sesekali mendapati Buah Arbei di tengah-tengah pohon yang menghalangi lintasan pegunungan. Pendaki juga akan melewati Sanghiang Jampang yang sangat indah untuk melihat terbitnya matahari. Kira-kira 30 menit kemudian pendaki akan tiba di Plawangan. Plawangan (lawang = pintu) merupakan pintu menuju puncak Slamet. Dari tempat ini pendaki akan dapat menikmati panorama alam yang membentang luas di arah timur. Selepas Plawangan lintasan semakin menarik sekaligus menantang, selain pasir dan bebatuan sedimentasi lahar yang mudah longsor pada sepanjang lintasan, di kanan kiri terdapat jurang dan tidak ada satu pohon pun yang dapat digunakan sebagai pegangan. Di daerah ini sering terjadi badai gunung, oleh karena itu pendaki disarankan untuk mendaki di pagi hari. Kebanyakan pendaki meninggalkan barang-barang mereka di bawah, untuk memperingan beban. Dari Plawangan sampai di puncak dibutuhkan waktu 30- 60 menit. Dari sini pendaki dapat melihat puncak Slamet yang begitu besar dan hamparan kaldera yang sangat luas dan menakjubkan, yang biasa disebut dengan Segoro Wedi. Apabila kita ingin turun menuju jalur lain, misalnya Guci, pendaki harus melewati kompleks kawah untuk memilih jalur yang diinginkan. - See more at: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html#sthash.5TzJDC4E.dpuf

Sumber: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html
Muhammad Chamdun
Jalur Pendakian Bambangan Jalur Bambangan adalah jalur yang sangat populer dan merupakan jalur yang paling sering didaki. Route Bambangan merupakan route terpendek dibandingkan route Batu Raden dan Kali Wadas. Dari kota Purwokerto naik bus ke tujuan Purbalingga dan dilanjutkan dengan bus dengan tujuan Bobot sari turun di Serayu. Perjalanan disambung menggunakan mobil bak angkutan pedesaan menuju desa Bambangan, desa terakhir di kaki gunung Slamet. Di dusun yang berketinggian 1279 mdpi ini para pendaki dapat memeriksa kembali perlengkapannya dan mengurus segala administrasi pendakian. Selepas dari jalan aspal perkampungan belok ke kanan, Pendaki akan menyeberangi sungai dengan cara melompat dari satu batu ke batu yang lain, bila sedang musim hujan aliran air deras akan menutupi batu-batuan ini. Selanjutnya akan melewati ladang penduduk selama 1 jam menuju pos Payung dengan keadaan medan yang terjal. Pos Payung merupakan pos pendakian yang menyerupai payung raksasa dan masih berada di tengah-tengah perkebunan penduduk. Selepas pos Payung pendakian dilanjutkan menuju pondok Walang dengan jalur yang sangat licin dan terjal di tengah-tengah lingkungan hutan hujan tropis, selama kurang lebih2 jam. Selepas pondok Walang, medan masih seperti sebelumnya, jalur masih tetap menanjak di tengah panorama hutan yang sangat lebat dan indah, selama kira-kira 2 jam menuju Pondok Cemara. Sebagaimana namanya, pondok Cemara dikelilingi oleh pohon cemara yang diselimuti oleh lumut. Selepas pondok Cemara pendakian dilanjutkan menuju pos Samaranthu. Selama kira-kira 2 jam dengan jalur yang tetap menanjak dan hutan yang lebat. Samaranthu merupakan pos ke 4. Kira-kira 15 menit dari pos ini terdapat mata air bersih yang berupa sungai kecil. Selepas Samaranthu, medan mulai terbuka dengan vegetasi padang rumput. Pendaki akan melewati Sanghiang Rangkah yang merupakan semak-semak yang asri dengan Edelweiss di sekelilingnya, dan sesekali mendapati Buah Arbei di tengah-tengah pohon yang menghalangi lintasan pegunungan. Pendaki juga akan melewati Sanghiang Jampang yang sangat indah untuk melihat terbitnya matahari. Kira-kira 30 menit kemudian pendaki akan tiba di Plawangan. Plawangan (lawang = pintu) merupakan pintu menuju puncak Slamet. Dari tempat ini pendaki akan dapat menikmati panorama alam yang membentang luas di arah timur. Selepas Plawangan lintasan semakin menarik sekaligus menantang, selain pasir dan bebatuan sedimentasi lahar yang mudah longsor pada sepanjang lintasan, di kanan kiri terdapat jurang dan tidak ada satu pohon pun yang dapat digunakan sebagai pegangan. Di daerah ini sering terjadi badai gunung, oleh karena itu pendaki disarankan untuk mendaki di pagi hari. Kebanyakan pendaki meninggalkan barang-barang mereka di bawah, untuk memperingan beban. Dari Plawangan sampai di puncak dibutuhkan waktu 30- 60 menit. Dari sini pendaki dapat melihat puncak Slamet yang begitu besar dan hamparan kaldera yang sangat luas dan menakjubkan, yang biasa disebut dengan Segoro Wedi. Apabila kita ingin turun menuju jalur lain, misalnya Guci, pendaki harus melewati kompleks kawah untuk memilih jalur yang diinginkan. - See more at: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html#sthash.5TzJDC4E.dpuf

Sumber: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html
Muhammad Chamdun
Jalur Pendakian Bambangan Jalur Bambangan adalah jalur yang sangat populer dan merupakan jalur yang paling sering didaki. Route Bambangan merupakan route terpendek dibandingkan route Batu Raden dan Kali Wadas. Dari kota Purwokerto naik bus ke tujuan Purbalingga dan dilanjutkan dengan bus dengan tujuan Bobot sari turun di Serayu. Perjalanan disambung menggunakan mobil bak angkutan pedesaan menuju desa Bambangan, desa terakhir di kaki gunung Slamet. Di dusun yang berketinggian 1279 mdpi ini para pendaki dapat memeriksa kembali perlengkapannya dan mengurus segala administrasi pendakian. Selepas dari jalan aspal perkampungan belok ke kanan, Pendaki akan menyeberangi sungai dengan cara melompat dari satu batu ke batu yang lain, bila sedang musim hujan aliran air deras akan menutupi batu-batuan ini. Selanjutnya akan melewati ladang penduduk selama 1 jam menuju pos Payung dengan keadaan medan yang terjal. Pos Payung merupakan pos pendakian yang menyerupai payung raksasa dan masih berada di tengah-tengah perkebunan penduduk. Selepas pos Payung pendakian dilanjutkan menuju pondok Walang dengan jalur yang sangat licin dan terjal di tengah-tengah lingkungan hutan hujan tropis, selama kurang lebih2 jam. Selepas pondok Walang, medan masih seperti sebelumnya, jalur masih tetap menanjak di tengah panorama hutan yang sangat lebat dan indah, selama kira-kira 2 jam menuju Pondok Cemara. Sebagaimana namanya, pondok Cemara dikelilingi oleh pohon cemara yang diselimuti oleh lumut. Selepas pondok Cemara pendakian dilanjutkan menuju pos Samaranthu. Selama kira-kira 2 jam dengan jalur yang tetap menanjak dan hutan yang lebat. Samaranthu merupakan pos ke 4. Kira-kira 15 menit dari pos ini terdapat mata air bersih yang berupa sungai kecil. Selepas Samaranthu, medan mulai terbuka dengan vegetasi padang rumput. Pendaki akan melewati Sanghiang Rangkah yang merupakan semak-semak yang asri dengan Edelweiss di sekelilingnya, dan sesekali mendapati Buah Arbei di tengah-tengah pohon yang menghalangi lintasan pegunungan. Pendaki juga akan melewati Sanghiang Jampang yang sangat indah untuk melihat terbitnya matahari. Kira-kira 30 menit kemudian pendaki akan tiba di Plawangan. Plawangan (lawang = pintu) merupakan pintu menuju puncak Slamet. Dari tempat ini pendaki akan dapat menikmati panorama alam yang membentang luas di arah timur. Selepas Plawangan lintasan semakin menarik sekaligus menantang, selain pasir dan bebatuan sedimentasi lahar yang mudah longsor pada sepanjang lintasan, di kanan kiri terdapat jurang dan tidak ada satu pohon pun yang dapat digunakan sebagai pegangan. Di daerah ini sering terjadi badai gunung, oleh karena itu pendaki disarankan untuk mendaki di pagi hari. Kebanyakan pendaki meninggalkan barang-barang mereka di bawah, untuk memperingan beban. Dari Plawangan sampai di puncak dibutuhkan waktu 30- 60 menit. Dari sini pendaki dapat melihat puncak Slamet yang begitu besar dan hamparan kaldera yang sangat luas dan menakjubkan, yang biasa disebut dengan Segoro Wedi. Apabila kita ingin turun menuju jalur lain, misalnya Guci, pendaki harus melewati kompleks kawah untuk memilih jalur yang diinginkan. - See more at: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html#sthash.5TzJDC4E.dpuf

Sumber: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html
Muhammad Chamdun
Jalur Pendakian Bambangan Jalur Bambangan adalah jalur yang sangat populer dan merupakan jalur yang paling sering didaki. Route Bambangan merupakan route terpendek dibandingkan route Batu Raden dan Kali Wadas. Dari kota Purwokerto naik bus ke tujuan Purbalingga dan dilanjutkan dengan bus dengan tujuan Bobot sari turun di Serayu. Perjalanan disambung menggunakan mobil bak angkutan pedesaan menuju desa Bambangan, desa terakhir di kaki gunung Slamet. Di dusun yang berketinggian 1279 mdpi ini para pendaki dapat memeriksa kembali perlengkapannya dan mengurus segala administrasi pendakian. Selepas dari jalan aspal perkampungan belok ke kanan, Pendaki akan menyeberangi sungai dengan cara melompat dari satu batu ke batu yang lain, bila sedang musim hujan aliran air deras akan menutupi batu-batuan ini. Selanjutnya akan melewati ladang penduduk selama 1 jam menuju pos Payung dengan keadaan medan yang terjal. Pos Payung merupakan pos pendakian yang menyerupai payung raksasa dan masih berada di tengah-tengah perkebunan penduduk. Selepas pos Payung pendakian dilanjutkan menuju pondok Walang dengan jalur yang sangat licin dan terjal di tengah-tengah lingkungan hutan hujan tropis, selama kurang lebih2 jam. Selepas pondok Walang, medan masih seperti sebelumnya, jalur masih tetap menanjak di tengah panorama hutan yang sangat lebat dan indah, selama kira-kira 2 jam menuju Pondok Cemara. Sebagaimana namanya, pondok Cemara dikelilingi oleh pohon cemara yang diselimuti oleh lumut. Selepas pondok Cemara pendakian dilanjutkan menuju pos Samaranthu. Selama kira-kira 2 jam dengan jalur yang tetap menanjak dan hutan yang lebat. Samaranthu merupakan pos ke 4. Kira-kira 15 menit dari pos ini terdapat mata air bersih yang berupa sungai kecil. Selepas Samaranthu, medan mulai terbuka dengan vegetasi padang rumput. Pendaki akan melewati Sanghiang Rangkah yang merupakan semak-semak yang asri dengan Edelweiss di sekelilingnya, dan sesekali mendapati Buah Arbei di tengah-tengah pohon yang menghalangi lintasan pegunungan. Pendaki juga akan melewati Sanghiang Jampang yang sangat indah untuk melihat terbitnya matahari. Kira-kira 30 menit kemudian pendaki akan tiba di Plawangan. Plawangan (lawang = pintu) merupakan pintu menuju puncak Slamet. Dari tempat ini pendaki akan dapat menikmati panorama alam yang membentang luas di arah timur. Selepas Plawangan lintasan semakin menarik sekaligus menantang, selain pasir dan bebatuan sedimentasi lahar yang mudah longsor pada sepanjang lintasan, di kanan kiri terdapat jurang dan tidak ada satu pohon pun yang dapat digunakan sebagai pegangan. Di daerah ini sering terjadi badai gunung, oleh karena itu pendaki disarankan untuk mendaki di pagi hari. Kebanyakan pendaki meninggalkan barang-barang mereka di bawah, untuk memperingan beban. Dari Plawangan sampai di puncak dibutuhkan waktu 30- 60 menit. Dari sini pendaki dapat melihat puncak Slamet yang begitu besar dan hamparan kaldera yang sangat luas dan menakjubkan, yang biasa disebut dengan Segoro Wedi. Apabila kita ingin turun menuju jalur lain, misalnya Guci, pendaki harus melewati kompleks kawah untuk memilih jalur yang diinginkan. - See more at: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html#sthash.5TzJDC4E.dpuf

Sumber: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html
Muhammad Chamdun
Malam itu menjadi awal dari semua persiapan yang serba tiba-tiba,kami berencana melewati malam tahun baru di gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa, Gunung Slamet. Gunung ini memiliki ketinggian 3428 mdpl terletak di 5 Kabupaten (Purbalingga, Banyumas, Brebes, Tegal, dan Pemalang) di Provinsi Jawa Tengah. Secara resmi gunung ini memiliki 6 jalur pendakian, dalam kesempatan kali ini kami memilih Jalur Bambangan (Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga).
Ada beragam cara untuk mencapai Basecamp Bambangan,karena kami dari purwokerto jadi kami memutuskan untuk berangkat menggunakan sepeda motor.
31 Desember 2013
Pendakian dimulai dengan berjalan 10 menit dari Basecamp (1575 mdpl) menuju Pondok Pemuda (Gapura Pendakian), dari Gapura kami ambil jalur yang ke kanan, melewati ladang penduduk. Jalur pendakian sangat jelas, hingga akhirnya kami melewati Sungai Kering (Kali Bambangan) dan terus berjalan menikmati pemandangan ladang. 20 menit berlalu kami sudah berada di Lapangan Sepak Bola, Hutan Pinus yang tidak lebat namun tertata rapi menyapa dihadapan.
Setelah 30 menit menyusuri ladang penduduk dan barisan Pohon Pinus kami tiba di Pos I (Pondok Gembirung) dengan ketinggian 2220 mdpl. Malam itu pendakian kami ditemani rintik hujan yang tidak deras namun cukup membuat basah jas hujan. Pos ini cukup luas, dan sering digunakan pendaki untuk membangun tenda, karena pos dengan pondokan seperti ini hanya ada di Pos I, V dan VII.
Pos I (Pondok Gembirung) 2220 mdpl
Perjalanan dari Pos I menuju Pos II memakan waktu 1 jam dengan jalur pendakian yang panjang dan mulai vertikal, vegetasi khas hutan tropis membuat suasana menjadi lembab pepohonan. Pos II (Pondok Walang) ini ditandai dengan lahan yang cukup luas untuk 3-4 tenda kapasitas 5 orang.
Pos II – Pondok Walang
Perjalanan dilanjutkan dengan senda gurau selama 50 menit, hingga akhirnya tibalah kami di Pos III (Pos Cemara) , altimeter menunjukkan angka 2465 mdpl. Di pos ini juga cukup untuk membangun 2-3 tenda kapasitas 5 orang, namun apabila fisik dan keadaan lingkungan mendukung, ada baiknya camp di pos V atau pos VII saja.
Pos III – Pos Cemara – 2465 mdpl
40 menit kemudian tibalah kami di Pos IV (Samarantu) merupakan pos yang sangat tidak direkomendasikan untuk bermalam, karena berdasarkan cerita lokal yang beredar, daerah ini merupakan tempat paling angker dari seluruh tempat di Jalur Pendakian Gunung Slamet via Bambangan. Samarantu berasal dari kata ‘samar’ dan ‘hantu’ yang berarti ‘hantu yang tidak terlihat’. Meskipun demikian untuk yang ingin uji nyali, pos ini dapat menampung 3-4 tenda kapasitas 5 orang. Dari sini perjalanan mulai kering karena hutan mati sisa kebakaran masih terlihat gersang sampai pos VII.
Pos IV – Samarantu – 2635 mdpl
Dari pos IV menuju pos V (Pos Air) kita akan melewati hutan mati sisa kebakaran, meskipun demikian vegetasi hutan tropis masih mendominasi pemandangan sekitar. Perjalanan dari pos IV menuju pos V memakan waktu 25 menit. Di pos ini kita dapat menemui mata air, dengan berjalan ke turun ke kiri selama 5 menit. Kita harus naik ke arah batu licin berlumut sampai menemukan pipa aliran air, karena air ini yang lebih bersih dibandingkan yang mengalir di bebatuan.
Pos V – Pos Air – 2775 mdpl
        Sumber Air Bersih
Kami menghabiskan waktu cukup lama di pos V ini, kemudian memutuskan untuk tetap konsisten pada keputusan di awal pkaendakian , flying camp di pos VII. Akhirnya perjalanan semakin curam dan dingin, 17 menit berlalu tibalah kami di pos VI, saya sendiri menyadari tempo pendakian kali ini cukup cepat. Di pos VI kami hanya sedikit berhenti, karena berdasarkan catatan pos VII tidak jauh lagi.
Pos VI – Samyang Jampang
18 menit berlalu begitu cepat, atap seng pos VII yang terlihat dari jalur pendakian, menjadi pertanda pelepas lelah yang sudah tertahan sejak awal pendakian. Kini kami sudah berada di titik aman, pondok kosong, dan bayangan tenda hangat tanpa angin sudah menjadi kenyataan. Kami mencoba untuk membuat api unggun di depan pos.
Pos VII – Samyang Rangkah


Sepanjang malam terdengar hujan begitu deras disertai dengan angin kencang, saya membayangkan kalau seandainya tenda kami di luar pondok, mungkin akan lebih menyulitkan.
1 Januari 2014
Keberuntungan menyambut kami, cuaca cerah dan angin tidak begitu kencang, meskipun demikian tidak berarti pendakian menjadi lebih mudah. Dari pos VII menuju pos VIII kita dihadapkan pada jalur sempit vertikal. Batas Vegetasi menjadi pertanda dimulainya pendakian yang sebenarnya. Jalur pendakian yang terjal berbatu ini rentan menimbulkan bahaya, selain terpeleset dari jalur, bebatuan yang mudah jatuh ini dapat menimpa pendaki lain kalau kita berjalan tanpa hati-hati.
Pos IX – Palawangan


Jalur menuju Triangulasi Atap Jawa Tengah ini lumayan berat dan membosankan, namun tidak seberat jalur pendakian menuju Mahameru. 120 menit berlalu tibalah kami di Atap Jawa Tengah, 3428 mdpl. Selain berfoto kami juga berjalan menuju bibir kawah Gunung Slamet dengan waktu tempuh sekitar 5 menit. Titik tertinggi bibir kawah ditandai dengan batas kabupaten antara Purbalingga dan Banyumas.


Karena sejak memulai Summit Attack kami tidak makan, otomatis hal ini menjadi alarm untuk cepat turun dari Puncak. Akhirnya kami hanya menikmati snack dan air putih di pinggiran puncak, lalu memutuskan untuk turun, karena melihat jalur pendakian yang semakin ramai para pendaki yang akan naik menuju puncak.


Setelah semua kenyang, packing aman, kami pun turun dengan berlari, di sepanjang perjalanan turun kami bertemu dengan banyak pendaki yang berencana untuk menikmati akhir tahun di Gunung Slamet.akhirnya kami menikmati perjalanan kami dengan begitu indah, masa muda berwarna, dengan menikmati setiap momen ciptaan Yang Maha Kuasa, Alhamdulillah.

4 komentar:

Unknown mengatakan...

bagus gan :)

Unknown mengatakan...

makasih gan :)

Unknown mengatakan...

korban awan panas

Unknown mengatakan...

keren :v

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | free samples without surveys