Melewati Pergantian Tahun di Puncak Gunung Slamet
Jalur Pendakian
Bambangan
Jalur Bambangan adalah jalur yang sangat populer dan merupakan jalur
yang paling sering didaki. Route Bambangan merupakan route terpendek
dibandingkan route Batu Raden dan Kali Wadas. Dari kota Purwokerto naik
bus ke tujuan Purbalingga dan dilanjutkan dengan bus dengan tujuan Bobot
sari turun di Serayu. Perjalanan disambung menggunakan mobil bak
angkutan pedesaan menuju desa Bambangan, desa terakhir di kaki gunung
Slamet.
Di dusun yang berketinggian 1279 mdpi ini para pendaki dapat memeriksa
kembali perlengkapannya dan mengurus segala administrasi pendakian.
Selepas dari jalan aspal perkampungan belok ke kanan, Pendaki akan
menyeberangi sungai dengan cara melompat dari satu batu ke batu yang
lain, bila sedang musim hujan aliran air deras akan menutupi batu-batuan
ini. Selanjutnya akan melewati ladang penduduk selama 1 jam menuju pos
Payung dengan keadaan medan yang terjal.
Pos Payung merupakan pos pendakian yang menyerupai payung raksasa dan
masih berada di tengah-tengah perkebunan penduduk. Selepas pos Payung
pendakian dilanjutkan menuju pondok Walang dengan jalur yang sangat
licin dan terjal di tengah-tengah lingkungan hutan hujan tropis, selama
kurang lebih2 jam. Selepas pondok Walang, medan masih seperti
sebelumnya, jalur masih tetap menanjak di tengah panorama hutan yang
sangat lebat dan indah, selama kira-kira 2 jam menuju Pondok Cemara.
Sebagaimana namanya, pondok Cemara dikelilingi oleh pohon cemara yang
diselimuti oleh lumut. Selepas pondok Cemara pendakian dilanjutkan
menuju pos Samaranthu. Selama kira-kira 2 jam dengan jalur yang tetap
menanjak dan hutan yang lebat. Samaranthu merupakan pos ke 4. Kira-kira
15 menit dari pos ini terdapat mata air bersih yang berupa sungai kecil.
Selepas Samaranthu, medan mulai terbuka dengan vegetasi padang rumput.
Pendaki akan melewati Sanghiang Rangkah yang merupakan semak-semak yang
asri dengan Edelweiss di sekelilingnya, dan sesekali mendapati Buah
Arbei di tengah-tengah pohon yang menghalangi lintasan pegunungan.
Pendaki juga akan melewati Sanghiang Jampang yang sangat indah untuk
melihat terbitnya matahari.
Kira-kira 30 menit kemudian pendaki akan tiba di Plawangan. Plawangan
(lawang = pintu) merupakan pintu menuju puncak Slamet. Dari tempat ini
pendaki akan dapat menikmati panorama alam yang membentang luas di arah
timur.
Selepas Plawangan lintasan semakin menarik sekaligus menantang, selain
pasir dan bebatuan sedimentasi lahar yang mudah longsor pada sepanjang
lintasan, di kanan kiri terdapat jurang dan tidak ada satu pohon pun
yang dapat digunakan sebagai pegangan.
Di daerah ini sering terjadi badai gunung, oleh karena itu pendaki
disarankan untuk mendaki di pagi hari. Kebanyakan pendaki meninggalkan
barang-barang mereka di bawah, untuk memperingan beban. Dari Plawangan
sampai di puncak dibutuhkan waktu 30- 60 menit. Dari sini pendaki dapat
melihat puncak Slamet yang begitu besar dan hamparan kaldera yang sangat
luas dan menakjubkan, yang biasa disebut dengan Segoro Wedi. Apabila
kita ingin turun menuju jalur lain, misalnya Guci, pendaki harus
melewati kompleks kawah untuk memilih jalur yang diinginkan.
- See more at:
http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html#sthash.5TzJDC4E.dpuf
Sumber: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html
Muhammad Chamdun
Sumber: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html
Muhammad Chamdun
Jalur Pendakian
Bambangan
Jalur Bambangan adalah jalur yang sangat populer dan merupakan jalur
yang paling sering didaki. Route Bambangan merupakan route terpendek
dibandingkan route Batu Raden dan Kali Wadas. Dari kota Purwokerto naik
bus ke tujuan Purbalingga dan dilanjutkan dengan bus dengan tujuan Bobot
sari turun di Serayu. Perjalanan disambung menggunakan mobil bak
angkutan pedesaan menuju desa Bambangan, desa terakhir di kaki gunung
Slamet.
Di dusun yang berketinggian 1279 mdpi ini para pendaki dapat memeriksa
kembali perlengkapannya dan mengurus segala administrasi pendakian.
Selepas dari jalan aspal perkampungan belok ke kanan, Pendaki akan
menyeberangi sungai dengan cara melompat dari satu batu ke batu yang
lain, bila sedang musim hujan aliran air deras akan menutupi batu-batuan
ini. Selanjutnya akan melewati ladang penduduk selama 1 jam menuju pos
Payung dengan keadaan medan yang terjal.
Pos Payung merupakan pos pendakian yang menyerupai payung raksasa dan
masih berada di tengah-tengah perkebunan penduduk. Selepas pos Payung
pendakian dilanjutkan menuju pondok Walang dengan jalur yang sangat
licin dan terjal di tengah-tengah lingkungan hutan hujan tropis, selama
kurang lebih2 jam. Selepas pondok Walang, medan masih seperti
sebelumnya, jalur masih tetap menanjak di tengah panorama hutan yang
sangat lebat dan indah, selama kira-kira 2 jam menuju Pondok Cemara.
Sebagaimana namanya, pondok Cemara dikelilingi oleh pohon cemara yang
diselimuti oleh lumut. Selepas pondok Cemara pendakian dilanjutkan
menuju pos Samaranthu. Selama kira-kira 2 jam dengan jalur yang tetap
menanjak dan hutan yang lebat. Samaranthu merupakan pos ke 4. Kira-kira
15 menit dari pos ini terdapat mata air bersih yang berupa sungai kecil.
Selepas Samaranthu, medan mulai terbuka dengan vegetasi padang rumput.
Pendaki akan melewati Sanghiang Rangkah yang merupakan semak-semak yang
asri dengan Edelweiss di sekelilingnya, dan sesekali mendapati Buah
Arbei di tengah-tengah pohon yang menghalangi lintasan pegunungan.
Pendaki juga akan melewati Sanghiang Jampang yang sangat indah untuk
melihat terbitnya matahari.
Kira-kira 30 menit kemudian pendaki akan tiba di Plawangan. Plawangan
(lawang = pintu) merupakan pintu menuju puncak Slamet. Dari tempat ini
pendaki akan dapat menikmati panorama alam yang membentang luas di arah
timur.
Selepas Plawangan lintasan semakin menarik sekaligus menantang, selain
pasir dan bebatuan sedimentasi lahar yang mudah longsor pada sepanjang
lintasan, di kanan kiri terdapat jurang dan tidak ada satu pohon pun
yang dapat digunakan sebagai pegangan.
Di daerah ini sering terjadi badai gunung, oleh karena itu pendaki
disarankan untuk mendaki di pagi hari. Kebanyakan pendaki meninggalkan
barang-barang mereka di bawah, untuk memperingan beban. Dari Plawangan
sampai di puncak dibutuhkan waktu 30- 60 menit. Dari sini pendaki dapat
melihat puncak Slamet yang begitu besar dan hamparan kaldera yang sangat
luas dan menakjubkan, yang biasa disebut dengan Segoro Wedi. Apabila
kita ingin turun menuju jalur lain, misalnya Guci, pendaki harus
melewati kompleks kawah untuk memilih jalur yang diinginkan.
- See more at:
http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html#sthash.5TzJDC4E.dpuf
Sumber: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html
Muhammad Chamdun
Sumber: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html
Muhammad Chamdun
Jalur Pendakian
Bambangan
Jalur Bambangan adalah jalur yang sangat populer dan merupakan jalur
yang paling sering didaki. Route Bambangan merupakan route terpendek
dibandingkan route Batu Raden dan Kali Wadas. Dari kota Purwokerto naik
bus ke tujuan Purbalingga dan dilanjutkan dengan bus dengan tujuan Bobot
sari turun di Serayu. Perjalanan disambung menggunakan mobil bak
angkutan pedesaan menuju desa Bambangan, desa terakhir di kaki gunung
Slamet.
Di dusun yang berketinggian 1279 mdpi ini para pendaki dapat memeriksa
kembali perlengkapannya dan mengurus segala administrasi pendakian.
Selepas dari jalan aspal perkampungan belok ke kanan, Pendaki akan
menyeberangi sungai dengan cara melompat dari satu batu ke batu yang
lain, bila sedang musim hujan aliran air deras akan menutupi batu-batuan
ini. Selanjutnya akan melewati ladang penduduk selama 1 jam menuju pos
Payung dengan keadaan medan yang terjal.
Pos Payung merupakan pos pendakian yang menyerupai payung raksasa dan
masih berada di tengah-tengah perkebunan penduduk. Selepas pos Payung
pendakian dilanjutkan menuju pondok Walang dengan jalur yang sangat
licin dan terjal di tengah-tengah lingkungan hutan hujan tropis, selama
kurang lebih2 jam. Selepas pondok Walang, medan masih seperti
sebelumnya, jalur masih tetap menanjak di tengah panorama hutan yang
sangat lebat dan indah, selama kira-kira 2 jam menuju Pondok Cemara.
Sebagaimana namanya, pondok Cemara dikelilingi oleh pohon cemara yang
diselimuti oleh lumut. Selepas pondok Cemara pendakian dilanjutkan
menuju pos Samaranthu. Selama kira-kira 2 jam dengan jalur yang tetap
menanjak dan hutan yang lebat. Samaranthu merupakan pos ke 4. Kira-kira
15 menit dari pos ini terdapat mata air bersih yang berupa sungai kecil.
Selepas Samaranthu, medan mulai terbuka dengan vegetasi padang rumput.
Pendaki akan melewati Sanghiang Rangkah yang merupakan semak-semak yang
asri dengan Edelweiss di sekelilingnya, dan sesekali mendapati Buah
Arbei di tengah-tengah pohon yang menghalangi lintasan pegunungan.
Pendaki juga akan melewati Sanghiang Jampang yang sangat indah untuk
melihat terbitnya matahari.
Kira-kira 30 menit kemudian pendaki akan tiba di Plawangan. Plawangan
(lawang = pintu) merupakan pintu menuju puncak Slamet. Dari tempat ini
pendaki akan dapat menikmati panorama alam yang membentang luas di arah
timur.
Selepas Plawangan lintasan semakin menarik sekaligus menantang, selain
pasir dan bebatuan sedimentasi lahar yang mudah longsor pada sepanjang
lintasan, di kanan kiri terdapat jurang dan tidak ada satu pohon pun
yang dapat digunakan sebagai pegangan.
Di daerah ini sering terjadi badai gunung, oleh karena itu pendaki
disarankan untuk mendaki di pagi hari. Kebanyakan pendaki meninggalkan
barang-barang mereka di bawah, untuk memperingan beban. Dari Plawangan
sampai di puncak dibutuhkan waktu 30- 60 menit. Dari sini pendaki dapat
melihat puncak Slamet yang begitu besar dan hamparan kaldera yang sangat
luas dan menakjubkan, yang biasa disebut dengan Segoro Wedi. Apabila
kita ingin turun menuju jalur lain, misalnya Guci, pendaki harus
melewati kompleks kawah untuk memilih jalur yang diinginkan.
- See more at:
http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html#sthash.5TzJDC4E.dpuf
Sumber: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html
Muhammad Chamdun
Sumber: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html
Muhammad Chamdun
Jalur Pendakian
Bambangan
Jalur Bambangan adalah jalur yang sangat populer dan merupakan jalur
yang paling sering didaki. Route Bambangan merupakan route terpendek
dibandingkan route Batu Raden dan Kali Wadas. Dari kota Purwokerto naik
bus ke tujuan Purbalingga dan dilanjutkan dengan bus dengan tujuan Bobot
sari turun di Serayu. Perjalanan disambung menggunakan mobil bak
angkutan pedesaan menuju desa Bambangan, desa terakhir di kaki gunung
Slamet.
Di dusun yang berketinggian 1279 mdpi ini para pendaki dapat memeriksa
kembali perlengkapannya dan mengurus segala administrasi pendakian.
Selepas dari jalan aspal perkampungan belok ke kanan, Pendaki akan
menyeberangi sungai dengan cara melompat dari satu batu ke batu yang
lain, bila sedang musim hujan aliran air deras akan menutupi batu-batuan
ini. Selanjutnya akan melewati ladang penduduk selama 1 jam menuju pos
Payung dengan keadaan medan yang terjal.
Pos Payung merupakan pos pendakian yang menyerupai payung raksasa dan
masih berada di tengah-tengah perkebunan penduduk. Selepas pos Payung
pendakian dilanjutkan menuju pondok Walang dengan jalur yang sangat
licin dan terjal di tengah-tengah lingkungan hutan hujan tropis, selama
kurang lebih2 jam. Selepas pondok Walang, medan masih seperti
sebelumnya, jalur masih tetap menanjak di tengah panorama hutan yang
sangat lebat dan indah, selama kira-kira 2 jam menuju Pondok Cemara.
Sebagaimana namanya, pondok Cemara dikelilingi oleh pohon cemara yang
diselimuti oleh lumut. Selepas pondok Cemara pendakian dilanjutkan
menuju pos Samaranthu. Selama kira-kira 2 jam dengan jalur yang tetap
menanjak dan hutan yang lebat. Samaranthu merupakan pos ke 4. Kira-kira
15 menit dari pos ini terdapat mata air bersih yang berupa sungai kecil.
Selepas Samaranthu, medan mulai terbuka dengan vegetasi padang rumput.
Pendaki akan melewati Sanghiang Rangkah yang merupakan semak-semak yang
asri dengan Edelweiss di sekelilingnya, dan sesekali mendapati Buah
Arbei di tengah-tengah pohon yang menghalangi lintasan pegunungan.
Pendaki juga akan melewati Sanghiang Jampang yang sangat indah untuk
melihat terbitnya matahari.
Kira-kira 30 menit kemudian pendaki akan tiba di Plawangan. Plawangan
(lawang = pintu) merupakan pintu menuju puncak Slamet. Dari tempat ini
pendaki akan dapat menikmati panorama alam yang membentang luas di arah
timur.
Selepas Plawangan lintasan semakin menarik sekaligus menantang, selain
pasir dan bebatuan sedimentasi lahar yang mudah longsor pada sepanjang
lintasan, di kanan kiri terdapat jurang dan tidak ada satu pohon pun
yang dapat digunakan sebagai pegangan.
Di daerah ini sering terjadi badai gunung, oleh karena itu pendaki
disarankan untuk mendaki di pagi hari. Kebanyakan pendaki meninggalkan
barang-barang mereka di bawah, untuk memperingan beban. Dari Plawangan
sampai di puncak dibutuhkan waktu 30- 60 menit. Dari sini pendaki dapat
melihat puncak Slamet yang begitu besar dan hamparan kaldera yang sangat
luas dan menakjubkan, yang biasa disebut dengan Segoro Wedi. Apabila
kita ingin turun menuju jalur lain, misalnya Guci, pendaki harus
melewati kompleks kawah untuk memilih jalur yang diinginkan.
- See more at:
http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html#sthash.5TzJDC4E.dpuf
Sumber: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html
Muhammad Chamdun
Sumber: http://chk2489.blogspot.com/2013/03/jalur-pendakian-gunung-slamet.html
Muhammad Chamdun
Malam itu menjadi awal dari semua
persiapan yang serba tiba-tiba,kami
berencana melewati malam tahun baru di gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa, Gunung Slamet. Gunung ini
memiliki ketinggian 3428 mdpl terletak di 5 Kabupaten (Purbalingga,
Banyumas, Brebes, Tegal, dan Pemalang) di Provinsi Jawa Tengah. Secara
resmi gunung ini memiliki 6 jalur pendakian, dalam kesempatan kali ini
kami memilih Jalur Bambangan (Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan
Karangreja, Kabupaten Purbalingga).
Ada beragam cara untuk mencapai Basecamp
Bambangan,karena kami dari purwokerto jadi kami memutuskan untuk berangkat menggunakan sepeda motor.
31 Desember 2013
Pendakian dimulai dengan berjalan 10 menit dari Basecamp (1575
mdpl) menuju Pondok Pemuda (Gapura Pendakian), dari Gapura kami ambil
jalur yang ke kanan, melewati ladang penduduk. Jalur pendakian sangat
jelas, hingga akhirnya kami melewati Sungai Kering (Kali Bambangan) dan
terus berjalan menikmati pemandangan ladang. 20 menit berlalu kami sudah
berada di Lapangan Sepak Bola, Hutan Pinus yang tidak lebat namun
tertata rapi menyapa dihadapan.
Setelah 30 menit menyusuri ladang
penduduk dan barisan Pohon Pinus kami tiba di Pos I (Pondok Gembirung)
dengan ketinggian 2220 mdpl. Malam itu pendakian kami ditemani rintik
hujan yang tidak deras namun cukup membuat basah jas hujan. Pos ini
cukup luas, dan sering digunakan pendaki untuk membangun tenda, karena
pos dengan pondokan seperti ini hanya ada di Pos I, V dan VII.
Perjalanan dari Pos I menuju Pos II
memakan waktu 1 jam dengan jalur pendakian yang panjang dan
mulai vertikal, vegetasi khas hutan tropis membuat suasana menjadi
lembab
pepohonan. Pos II (Pondok Walang) ini ditandai dengan lahan yang cukup
luas untuk 3-4 tenda kapasitas 5 orang.
Perjalanan dilanjutkan dengan senda gurau
selama 50 menit, hingga akhirnya tibalah kami di Pos III (Pos Cemara) ,
altimeter menunjukkan angka 2465 mdpl. Di pos ini juga cukup untuk
membangun 2-3 tenda kapasitas 5 orang, namun apabila fisik dan keadaan
lingkungan mendukung, ada baiknya camp di pos V atau pos VII saja.
40 menit kemudian tibalah kami di Pos IV
(Samarantu) merupakan pos yang sangat tidak direkomendasikan untuk
bermalam, karena berdasarkan cerita lokal yang beredar, daerah ini
merupakan tempat paling angker dari seluruh tempat di Jalur Pendakian
Gunung Slamet via Bambangan. Samarantu berasal dari kata ‘samar’ dan
‘hantu’ yang berarti ‘hantu yang tidak terlihat’. Meskipun demikian
untuk yang ingin uji nyali, pos ini dapat menampung 3-4 tenda
kapasitas 5 orang. Dari sini perjalanan mulai kering karena hutan mati
sisa kebakaran masih terlihat gersang sampai pos VII.
Dari pos IV menuju pos V (Pos Air) kita
akan melewati hutan mati sisa kebakaran, meskipun demikian vegetasi
hutan tropis masih mendominasi pemandangan sekitar. Perjalanan dari pos
IV menuju pos V memakan waktu 25 menit. Di pos ini kita dapat menemui
mata air, dengan berjalan ke turun ke kiri selama 5 menit. Kita harus
naik ke arah batu licin berlumut sampai menemukan pipa aliran air,
karena air ini yang lebih bersih dibandingkan yang mengalir di bebatuan.
Kami menghabiskan waktu cukup lama di pos V ini, kemudian memutuskan untuk tetap konsisten pada keputusan di awal pkaendakian , flying camp
di pos VII. Akhirnya perjalanan semakin curam dan dingin, 17
menit berlalu tibalah kami di pos VI, saya sendiri menyadari tempo
pendakian kali ini cukup cepat. Di pos VI kami hanya sedikit berhenti,
karena berdasarkan catatan pos VII tidak jauh lagi.
18 menit berlalu begitu cepat, atap seng
pos VII yang terlihat dari jalur pendakian, menjadi pertanda pelepas
lelah yang sudah tertahan sejak awal pendakian. Kini kami sudah berada
di titik aman, pondok kosong, dan bayangan tenda hangat tanpa angin
sudah menjadi kenyataan. Kami mencoba untuk membuat api unggun di depan
pos.
Sepanjang malam terdengar hujan begitu
deras disertai dengan angin kencang, saya membayangkan kalau seandainya
tenda kami di luar pondok, mungkin akan lebih menyulitkan.
1 Januari 2014
Keberuntungan menyambut kami, cuaca cerah
dan angin tidak begitu kencang, meskipun demikian tidak berarti
pendakian menjadi lebih mudah. Dari pos VII menuju pos VIII kita
dihadapkan pada jalur sempit vertikal. Batas Vegetasi menjadi pertanda
dimulainya pendakian yang sebenarnya. Jalur pendakian yang terjal
berbatu ini rentan menimbulkan bahaya, selain terpeleset dari jalur,
bebatuan yang mudah jatuh ini dapat menimpa pendaki lain kalau kita
berjalan tanpa hati-hati.
Jalur menuju Triangulasi Atap Jawa Tengah
ini lumayan berat dan membosankan, namun tidak seberat jalur pendakian
menuju Mahameru. 120 menit berlalu tibalah kami di Atap Jawa Tengah,
3428 mdpl. Selain berfoto kami juga berjalan menuju bibir kawah Gunung
Slamet dengan waktu tempuh sekitar 5 menit. Titik tertinggi bibir kawah
ditandai dengan batas kabupaten antara Purbalingga dan Banyumas.
Karena sejak memulai Summit Attack
kami tidak makan, otomatis hal ini menjadi alarm untuk cepat turun dari
Puncak. Akhirnya kami hanya menikmati snack dan air putih di
pinggiran puncak, lalu memutuskan untuk turun, karena melihat jalur
pendakian yang semakin ramai para pendaki yang akan naik menuju puncak.
Setelah semua kenyang, packing aman, kami
pun turun dengan berlari, di sepanjang perjalanan turun kami bertemu
dengan banyak pendaki yang berencana untuk menikmati akhir tahun di
Gunung Slamet.akhirnya kami menikmati perjalanan kami dengan begitu indah, masa muda berwarna, dengan
menikmati setiap momen ciptaan Yang Maha Kuasa, Alhamdulillah.
4 komentar:
bagus gan :)
makasih gan :)
korban awan panas
keren :v
Posting Komentar